Sejarah, Adat Istiadat, dan Mitos Desa Lamuk [Pengembaraan Angkatan XXIX MAYAPALA]

Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman budaya yang sangat bervariasi di setiap daerahnya. Keanekaragaman tersebut tidak hanya tentang budaya saja, tapi juga mencakup tentang sejarah dan keunikan yang dimiliki masing-masing daerah. Salah satu daerah yang akan dibahas sejarah dan keunikannya di artikel ini Desa Lamuk, Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah.

Desa Lamuk sendiri merupakan salah satu pemukiman yang berada di daerah pegunungan, tepatnya di bawah kaki Gunung Sumbing. Salah satu sosok yang menemukan Desa Lamuk ini bernama Mbah Nur Iman. Di dalam artikel ini, kami akan membahas mengenai Sejarah Desa Lamuk, adat-stiadat masyarakat Desa Lamuk, sejarah Basecamp Pemuda Mandiri, dan mitos yang ada di jalur pendakian.

SEJARAH DESA LAMUK

Secara singkat, Lamuk adalah desa yang berada di Kecamatan Kalikajar, Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Sejarah dibentuknya desa Lamuk pertama kali ditandai oleh bukti makam sesepuh bernama Mbah Nur Imam yang dahulu dipercayai sebagai tokoh yang pertama kali menetap dan memberi nama desa Lamuk. Nama “Lamuk” dimaknai sebagai “Ala tur Mukmin” yaitu pada saat pembakaran kemenyan yang mengumpulkan asap menyerupai awan, maka orang akan menyebutnya dengan kata “lamok” yang berarti awan.

ADAT ISTIADAT

Mata pencaharian utama penduduk di sana adalah sebagai petani. 90% petani sayuran dan 10% petani tembakau. Saat musim hujan, para petani lebih memilih untuk menanam sayuran, sedangkan saat musim kemarau, para petani memilih untuk menanam tembakau dan cabe. Biasanya para petani melakukan panen tembakau pada bulan Agustus/September. Proses pembuatan tembakau untuk siap dijual itu kurang lebih selama 6 bulan. Mulai dari memanen dari ladang, penggilingan daun tembakau, proses cetak lalu di padatkan sampai di diamkan dan di angin-anginkan. Masyarakat hingga saat ini masih menjunjung kebersamaan kekeluargaan dan gotong royong yang sangat erat dan masih menjadi kebiasaan masyarakat melalui pekerjaan maupun aktivitas sehari-hari. Panen raya yang biasanya diadakan setiap satu tahun sekali di Dusun Lamuk hingga saat ini sudah tidak dilakukan lagi oleh masyarakat setempat dikarenakan tembakau tidak lagi menjadi komoditas utama masyarakat. Panen raya kemudian biasanya dilakukan di tempat lain yang menghasilkan panen tembakau sebagai komoditas utama.

Penduduk yang sedang melakukan pengolahan tembakau
SEJARAH BASECAMP

Pendakian Gunung Sumbing via Gajah Mungkur ini dirintis sejak awal tahun 2020. Pembuatan jalur via Gajah Mungkur diselesaikan dan diresmikan pada bulan Juli tahun 2020. Basecamp Pemuda Mandiri awalnya didirikan karena adanya turnamen sepak bola saat itu, sehingga pihak basecamp dijadikan sebagai panitia turnamen tersebut. Anggota basecamp sebelumnya berjumlah 40 orang. Namun hingga saat ini anggota basecamp tersisa hanya 15 orang.

Foto bersama di basecamp pendakian gunung Sumbing via Gajah Mungkur
MITOS DI GUNUNG SUMBING VIA GAJAH MUNGKUR

Terdapat beberapa larangan bagi para pendaki maupun masyarakat setempat yang naik ke Gunung Sumbing mulai dari pintu masuk Gajah Mungkur sampai dengan pos 3 atau area sabana. Larangan-larangan tersebut meliputi larangan untuk mengenakan baju berwarna kuning, bersiul, membuang ludah maupun mengucapkan kata-kata “kotor”, serta larangan untuk buang air kecil maupun besar selama perjalanan melewati jalur tersebut. Terdapat juga larangan untuk mengeluh, terutama jika dilakukan secara sengaja

Leave a Reply

Your email address will not be published.